KOMPAS.com — Manajemen rumah sakit harus bisa
mengelola keuangan dengan efisien. Hal itu merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi agar bisa bertahan di era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini.
Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit
Swasta Indonesia Mus Aida menyatakan hal itu menanggapi peraturan menteri
kesehatan tentang perubahan tarif Indonesia-Case Based Group (INA-CBG), Rabu
(3/9), di Jakarta.
Dia mengapresiasi Kementerian
Kesehatan. Sebab, belum setahun sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
berjalan, Kemenkes sudah mendengarkan aspirasi dari kalangan pengelola RS. ”Ada
yang senang dengan penyesuaian tarif ini, ada juga yang mungkin masih kurang
senang dengan kebijakan ini,” ujarnya.
Menurut Mus Aida, RS perlahan
digiring kebijakan JKN agar lebih efisien. Adapun RS swasta selalu dibayangi
ketakutan bakal merugi jika bergabung dalam JKN.
Tarif INA-CBG yang tak sesuai tarif
tiap-tiap RS dinilai memberatkan.
INA-CBG menganut paradigma
pembayaran prospektif atas layanan kesehatan di fasilitas kesehatan rujukan
atau tingkat lanjut. Hitungan akhir untung atau rugi harus dilihat keseluruhan,
bukan lagi per tindakan atau layanan seperti paradigma tagihan per layanan (fee
for service).
Dengan demikian, lanjut Mus Aida,
wajar jika ada komponen layanan yang untung dan rugi dalam perhitungan INA-CBG
karena yang terpenting adalah perhitungan akhir. Itu menuntut RS dengan kondisi
finansial dan kemampuan administrasi keuangan beragam lebih efisien.
Ia optimistis penyesuaian tarif
INA-CBG dengan menaikkan kelompok tarif yang terlalu rendah dan menurunkan
tarif yang terlalu tinggi bisa menarik lebih banyak RS swasta bergabung dalam
JKN. Apalagi kini kesenjangan tarif antara tipe RS A, B, dan C tak terlalu
jauh.
Direktur RS Medistra Jakarta
Susilawati enggan membeberkan alasan RS Medistra tak bergabung dengan program
JKN. Namun, pihaknya akan mempelajari perubahan tarif INA-CBG itu. Menurut
anggota staf Pelayanan Medis RS Ibu dan Anak Budi Kemuliaan, Jakarta, Ambun
Suri, meski bergabung dengan JKN, sejumlah tindakan tak ditanggung, misalnya
perawatan intensif anak lahir sehat dari ibu berisiko. (ADH/A04
Dari berita diatas dapat diambil
sebuahkesimpulan bahwa perlu strategi untuk dapat menghadapi
permasalah-permasalah yang ada sekarang. Salah satu yang perlu diambil
langkahnya adalah melengkapi rumah sakit dengan sistem informasi rumah sakit
atau software rumah sakit .
Sebagai bahan pertimbangan berikut
salah satu software rumah sakit yang bisa dipakai dengan gratis dengan nama
Insyst SIMRS .
Program
aplikasi SIMRS Insyst yang dibuat sesuai dengan
kondisi, sistem prosedur, dan kebijakan dasar Rumah Sakit di Indonesia pada
umumnya. Program aplikasi ini dibangun secara modular.
q Modul-modul Pada Program Aplikasi SIMRS Insyst
Secara global
program aplikasi SIMRS Insyst terdiri dari lima modul utama
yang saling terintegrasi, yaitu :
Modul 1 – Registrasi
dan Billing System
Modul ini
dipergunakan untuk menangani pencatatan administrasi, rekam medik, biaya
pelayanan dan pembayaran untuk pasien rawat jalan dan pasien
rawat inap, mulai dari registrasi (pendaftaran), biaya pemeriksaan, biaya
tindakan, biaya layanan penunjang medis, pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap, sampai terakhir pada pembayaran termasuk juga pengelolaan piutang pasien
perusahaan dan honor dokter.
Modul 2 - Farmasi
Modul ini
dipergunakan untuk menangani berbagai transaksi yang ada di Instalasi Farmasi,
terutama yang berkaitan langsung dengan persediaan bahan/obat serta transaksi
keuangan seperti penjualan kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap,
mutasi intern (gudang farmasi ke depo-depo dan unit-unit pelayanan), pembelian
obat/bahan. Aplikasi ini sudah dipersiapkan untuk dapat menangani Multi Stock
Point (Multi Gudang, Depo, Outlet, Apotik) sehingga perubahan jumlah
gudang/depo/apotik dapat disesuaikan tanpa perlu mengubah program aplikasi.
Termasuk juga di dalamnya adalah pengelolaan hutang terhadap supplier farmasi.
Modul 3 - Rekam Medik
Modul ini
dipergunakan untuk menangani data riwayat medis pasien, seperti misalnya
Riwayat Klinis, Resume, dan Ringkasan Masuk / Ringkasan Keluar, berikut tabel
ICD-10.
Modul 4 - Akuntansi
Modul ini
dipergunakan untuk menangani data transaksi keuangan yang terdiri dari G/L
(General Ledger / Buku Besar),Buku Piutang, Buku Hutang, Rekonsiliasi Bank dan
laporan-laporan keuangan standar seperti Jurnal Harian, Rugi/Laba dan Neraca.
Penanganan Aktiva Tetap juga termasuk dalam program aplikasi ini.
Modul 5 - Logistik
Modul ini
dipergunakan untuk menangani pengadaan barang/bahan logistik secara umum di
luar barang/bahan Instalasi Farmasi rumah sakit. Sistem ini juga dapat
dipergunakan secara off-line ataupun on-line dari masing-masing unit pelayanan
untuk meminta pengadaan barang yang diperlukan unit langsung ke bagian gudang
logistik.
untuk
penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi : Rizki Eka pUtra hp 081213654239
Posting Komentar
Posting Komentar