yang ditulis oleh Seorang ibu rumah tangga yang kebetulan suaminya sedang melanjutkan studi di UTM, bu Yessi namanya. Berikut kisah itu dituliskan, selamat menikmati :
Melawan Stigma agar si Malin tak selalunya derhaka !
Mujahid Salafi Aulia, putraku yang kedua, yang akrab disapa “Muja” kini semakin tumbuh dewasa. Dia dikenal oleh para tetangga di lingkungan Kolej Kediaman U8 UTM , Skudai, Johor, sebagai anak yang lincah dan aktif. Kadang dia terkesan keras hati dan cenderung tidak mau mengalah. Salah seorang ibu yang berasal dari Jawa pernah berkata, “ Anak bu Yessi ini kok ndablek ya….?”
Teman-teman sepermainan Mujahid juga protes terutama anak-anak mahasiswa asal Timur Tengah : “Your son is very naughty….” Suatu saat ada juga yang mengadu : “Aunty, your son bit me….!” Malah si bapak-bapak Arab pun ikut menambahkan : “Brother Aulia, your son is very noisy….!”
Kadang kala ada rasa malu yang terselip, kesannya kami tidak bisa mendidik anak menjadi anak yang baik dan sholeh. Kadang juga timbul rasa geram yng ujung-ujungnya kami sering memarahi Muja dan sebenarnya terlalu keras untuk anak yang belum berumur 5 tahun seperti dia. Jika dimarahi, Muja akan menangis tersedu-sedu sambil protes : “Kenapa ummi marah sama Muja, Muja kan tidak berbuat salah ! “
Rasa marah memang sering menutupi kebenaran . Karena kalau diperhatikan dengan seksama, Muja juga termasuk anak yang berhati lembut. Ini berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharianku dengannya. Pada suatu siang, Muja meminta aku bercerita, dia memang sangat suka mendengar cerita. Akhirnya kupilihkan cerita Malin Kundang si Anak Durhaka. Aku bercerita dengan ekspresi dan intonasi suara yang semenarik mungkin. Dari awal cerita Muja mendengarkan dengan antusias dan konsentrasi. Sesekali dia bertanya atau berkomentar. Semakin lama dia tampak semakin sedih dan matanya mulai berkaca-kaca. Dan ketika aku sampai pada bagian akhir cerita.
« Maka ….. ibu Malin kundang pun sedih karena malin kUndang sudah melupakannya dan menjadi anak durhaka. Sang ibu pun menangis tersedu-sedu . Sambil menangis, Ibu Malin KUndang mengadu kepada Allah. Ibu Malin kUndang kemudian berdoa kepada Allah supaya Malin Kundang dihukum oleh Allah. Dan Allah pun mendengar doa seorang ibu yang teraniaya. Kemudian kapal Malin KUndang tenggelam dan mayat malin kundang terdampar di pantai kemudian berubah menjadi batu….”
Mendadak Muja menangis dengan keras sambil berkata dengan terputus-putus : “Kenapa ummi menceritakan Malin Kundang anak yang durhaka pada ibunyia. Kasihan ibunya, dia sudah tua. Muja tidak mau cerita MAlin KUndang anak durhaka. Muja mau Malin Kundang menjadi anak yang sholeh dan sayang sama ibunya. Sekarang ummi harus mengulang lagi cerita Malin Kundang dari pertama. Dan Malin Kundangnya harus jadi anak sholeh yang sayang sama ibunya …”
Sesaat aku termangu. Subhanallah…. Seorang anak memang lahir dalam keadaan fitrah. Bahkan untuk sebuah ceritapun dia tidak mau ada orang yang durhaka pada ibunya. Atau ada seorang ibu yang menangis tersedu-sedu dan merasa teraniaya. Artinya setiap anak ingin menjadi anak sholeh dan membahagiakan ibunya. Jadi tidak ada hak kita untuk memberi label “nakal” pada seorang anak.
Kemudian akupun mengulang kembali cerita Malin Kundang dari awal. Dan Membuat ending sesuai dengan permintaan Muja. Walau ada rasa geli sewaktu bercerita :
‘Akhirnya…Malin kundang bertemu kembali dengan ibunya di tepi pantai Air Manis, Padang setelah bertahun-tahun berpisah. Ibu Malin Kundang memeluk anaknya sambil menangis bahagia. Malin kundangpun memeluk ibunya dengan penuh rindu. Kemudian Malin Kundang mengajak ibunya ke kerajaan Mertuanya. Setelah mertuanya meninggal, Malin Kundangpun menjadi raja, Mereka hidup bahagia selamanya…. ”
Muja tersenyum senang dan tampak lega. Dia pun bertanya : “Ibu Malin Kundang dikasih baju bagus sama Malin Kundangnya, ummi…? "Subhanallah..begitu inginnya Muja supaya ibu Malin Kundang senang. “Wallahu A’lam”
Begitulah kisah itu saya ketikkan kembali, tanpa mengurangi sedikitpuan isi dari tulisan beliau (bu Yessi). Semoga bisa diambil hikmah sebanyak mungkin dalam kisah ibu dan anak yang penuh hikmah itu…. Selamat memetik hikmahnya …
semoga bermanfaat
Mohammad Yasrif Ananda
Student @ UTM
Posting Komentar
Posting Komentar