Di suatu perkumpulan pengajian ibu-ibu. Disiang Terik di hari Minggu.
Tiba-tiba ada seorang Ibu bertanya,
"Assalamu'alaikum Ustadjah. Saya mau bertanya. 3 pertanyaan. Boleh?"
"Wa'alaikum Salam Wr Wb. Silahkan Ibu Eni"
"Yang Pertama. Ustadjah. Apa buktinya kalau Allah SWT itu ada?" Seraya di angsurkan tangan kirinya dengan telapak tangan terbuka lebar-lebar.
"Yang kedua. Apa buktinya kalau takdir itu benar?" kedua kalinya Ia angsurkan tangan kembali.
"Terakhir. Yang ketiga. Seitan kan dari api, yah. Kenapa seitan dibakar di neraka pake api juga?"
Dengan sedikit daku terangkat Ibu tersebut kembali duduk. Dia sibakkan kerudung yang tergerai, hampir terkena ibu-ibu disampingnya. Beruntung Ibu tersebut sigap untuk menghindar.
"Waduh. Pertanyaan Ibu Eni sungguh tajam sekali. Sebelum saya mncoba menjawab, saya lemparkan kepada Ibu-ibu disini. Apa ada yang bisa menjawab Ibu-ibu?"
Hening. Sunyi. Tak ada satupun Ibu-ibu yang hadir mengacungkan jari telunjuknya. Ditunggu beberapa saat. Tetap tidak ada.
"Baiklah. karena tidak ada yang bisa membantu saya. maka saya akan menjawab pertanyaan Ibu Eni. Sebelumnya saya minta Ibu Eni kemari mendekati saya. Boleh?" Ustadjah berkata dan menatap tajam Ibu Eni.
Gerakkan yang dibuat-buat dan kembali dagu diangkat, Ia melangkah mendekati Ustadjah.
"Ibu-ibu yang hadir disini. Inilah jawaban ketiga pertanyaan dari Ibu Eni tadi" Ustadjah melayangkan tangannya kearah Ibu Eni.
"Plakkk..."
"aduh.... Ustadjah kok menampar saya." Ibu Eni merah mukanya semerah pipi yang menjadi tempat mendaratnya tangan Ustdjah.
"Ibu tahu kenapa saya menampar Ibu?"
"Tidak." masih dielus-elus pipinya sendiri. Sekarang dagu itu tidak terangkat, malah wajah itu tertunduk malu.
"tamparan saya itu adalah jawaban dari 3 pertanyaan Ibu."
"Maksud Ustadjah?"
"Begini. Ibu Sakit saya tampar?"
"Iya."
"Ibu tahu bentuk dan bisa melihat wujud dari rasa sakit?"
"Tidak."
"Nah. Allah SWT itu tidak dapat dilihat, maupun tidak berbentuk. DIA adalah Dzat yang tidak ada satu orangpun dapat membayanginya dan menggambarkanNya. Apalagi tak akan terlintas dibenak kita seperti apa Allah SWT itu. Tetapi kita dapat merasakanNya. Sama seperti rasa sakit itu. Itu jawaban pertanyaan yang pertama."
"Jawaban yang kedua adalah Ibu berangkat dari rumah untuk ikut pengajian ini. apakah ibu sudah tahu akan saya tampar disaat pengajian ini? Apakah ibu ada pirasat di malam hari tadi akan kejadian ini?"
"tidak. Ustadjah."
"Nah. Takdir itu demikian Ibu. Takdir tidak dapat kita lihat, dan tidak berbentuk benda yang dapat dilihat oleh mata kita. Takdir akan terjadi kalau kita sudah mengalaminya dan itu salah satu RAHASIA Allah SWT. Tak satu manusiapun tahu akan takdirnya."
"Terakhir jawaban ketiga yaitu. Saya menampar ibu pake tangan dari daging dan kulit, Pipi ibu yang saya tampar dari daging dan kulit. Kenapa terasa sakit? yang beradu itu daging dengan daging? Begitu juga seitan. Ia diciptakan Allah SWT dari Api dan akan masuk neraka dan dibakar dengan api, pastinya Ia akan merasakan kesakitan pula."
"demikian Ibu-ibu. Jadi kesimpulannya adalah jangan pernah kita ragu akan Kekuasaan Allah SWT. Pertebal keimanan kita. Karena iman hanya ada di hati tidak berbentuk tetapi bisa kita rasakan. Kenyamanan kita dalam beribadah. kesejukan kita rasakan setelah mengambil air wudhu dan menjalankan sholat. Kesabaran kita yang tinggi dikala kita berpuasa. dan keihlasan kita rasakan dikala Allah SWT memberi kita cobaan. Mari kita jaga dan kita rawat serta kita pertebal keimanan kita. Semoga Allah SWT mengapuni dosa-dosa kita, mengampuni dosa-dosa kedua orang tua kita. dan menempatkan kita di surganya kelak. Amin ya robbal alamiiin."
--------------------------------------------
Maaf jika ada kesalahan ucap dan kata. Hanya Allah SWT yang Maha Sempurna. Kita adalah tempatnya segala kesalahan dan kehilafan.
Sumber : mediamuslim
Posting Komentar
Posting Komentar